Mulailah saya mencari tahu apa itu subyek bahasa dan sastra bahasa Inggris. Saya mulai dengan membaca kurikulum, silabus dari kurikulum nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Saya mencoba memahami dengan kesungguhan dan dengan teliti. Ternyata silabus yang ada tidak berbeda jauh dengan kurikulum terdahulu. Dalam pikiran saya, tentu ada yang berbeda. Saya coba mengutak atik dan berpikir kembali apa itu bahasa dan sastra Inggris itu.
Aha....saya mencari makna literature di kamus. Maknanya adalah membaca dan menulis. Dari dua hal tersebut, saya memulai aktifitas di kelas. Saya mulai berpikir bagaimana mengawalinya. Asumsi saya para siswa jarang membaca baik di rumah maupun sekolah. Mereka membaca di sekolah hanya karena untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Setelah itu mereka akan lupakan. Saya juga melakukan survey kecil-kecilan tentang kondisi yang terjadi di sekolah maupun di rumah. Dua diantaranya aktifitas siswa di rumah mayoritas adalah menonton tv atau main game. Di sekolah, bagaimana dengan nasib buku pelajaran? Ternyata banyak yang mengaku bukunya masih rapi dan bahkan masih dalam plastik. Olala....ternyata ini yang terjadi dengan murid saya, bahkan mungkin juga dengan anak-anak lain di seluruh Indonesia.
Langkah selanjutnya adalah saya mengajak siswa ke perpustakaan. Alhamdulillah perpustakaan sekolah kami mendapatkan juara I tingkat DKI Jakarta. Mereka suka untuk belajar di perpustakaan karena tempatnya nyaman. Saya coba mengawali dengan tujuan mereka setelah lulus dari SMA. Mereka ingin mengambil jurusan apa dan universitas dimana. Ada yang ingin belajar Teknik Industri, Kedokteran, Teknik Perminyakan, Teknik Geodesi, Filosofi, ataupun Ekonomi. Berawal dari sinilah mereka membaca. Saya minta mereka mencari materi di ensiklopedia tentang materi yang ingin mereka kuasai di jenjang pendidikan selanjutnya.
Saya pun terhenyak! Diawal saya tidak yakin bahwa mereka suka membaca ensiklopedia. Buku-buku yang tidak pernah mereka buka selama ini, mereka temukan di ensiklopedia. Mereka asyik membaca, berlanjut pada diskusi dan saling memberi. Ah betapa indahnya melihat mereka belajar. Sungguh suatu hal yang bukan hanya memberikan semangat kepada kita sebagai pengajar didalamnya.
Mulailah ide gila saya munculkan. Saya membuat rencana bahwa kelas bahasa dan sastra harus menghasilkan tulisan yang sesuai dengan kesukaan para siswa itu sendiri untuk membaca dan berbagi bersama. Meskipun sedikit ragu, tetap saya mencoba untuk melaksanakan ide gila tersebut.
Setelah membaca ensiklopedia, para siswa ini menulis rangkumannya. Meski terlihat mudah dan sudah biasa, ternyata inipun tidak mudah bagi siswa. Mereka masih memerlukan bimbingan untuk mengoptimalkan membuat rangkuman. Suatu hal yang mungkin baru pertama kali dilakukan oleh siswa. Dalam bahasa Inggris nya rangkuman ini disebut dengan summary.
Tidak mudah untuk memotivasi siswa untuk menulis rangkuman. Bahkan ada beberapa siswa protes 'kok seperti anak SD'. Saya sampaikan bahwa keterampilan merangkum itu harus terus dilakukan karena ini penting untuk menyiapkan diri menuju pendidikan tinggi. Karena jarang merangkum banyak mahasiswa Indonesia perlu mengulang kelas menulis atau kembali ke kelas dasar. Akhirnya mereka dapat memahami dan mengerjakan apa yang perlu dan harus dikerjakan.
Sambil menunggu dan memantau pekerjaan mereka, mulailah pikiran saya melayang. Angan saya melompat dan membayangkan mereka akan diajar oleh dosen dosen baik di dalam dan luar negeri. Dan dosen tersebut bertanya, 'Anda dulu sekolah dimana? Kok anda sudah paham sekali dengan materi ini?' Para siswa pun menjawab, 'Saya sekolah di SMA Labschool Jakarta Pak', mereka menjawab dengan bangganya.
Semoga apa yang kita sampaikan kepada siswa kita bermanfaat untuk masa depannya.