Monday, January 25, 2016

Menulis 15 Menit

 

Mengapa menulis pekerjaan yang paling sulit dilakukan? Lain dengan kemampuan berbicara yang jauh lebih mudah daripada menulis. Beberapa orang menyampaikan pendapatnya bahwa menulis sulit karena memerlukan pemikiran yang lebih mendalam, menulis memerlukan kemampuan menganalisis suatu masalah dan pemecahannya, menulis memerlukan waktu lebih banyak, dan menulis memerlukan waktu untuk membaca.

Sebelum kita menjawab pertanyaan diatas, perlu kita kilas balik kembali bahwa memang benar keterampilan menulis adalah keterampilan bahasa yang paling sulit dikuasai dikarenakan beberapa aspek. Aspek internal adalah aspek membaca oleh orang tua kita. Hal ini sangat memengaruhi pola pikir kita. Ini perbedaan mendasar saat kecil atau balita,saat akan tidur di pok-pok oleh orang tua kita, atau diceritakan secara lisan oleh ibu atau ayah kita. sedangkan orang tua di belahan dunia yang lain, membacakan cerita 5 menit atau 10 menit setiap hari atau membacakan cerita saat menidurkan anak-anaknya. Perlu diketahui bahwa pada saat akan tidur, anak-anak dalam kondisi teta, dimana pada saat ini otak sedang sangat baik dalam menerima masukan.  Maka membacakan cerita pada anak sangat baik diwaktu seperti ini.

Aspek internal yang lain adalah pada saat usia sekolah SD-SMA atau bahkan kuliah, guru tidak memberikan waktu untuk membaca. Kita perhatikan, guru saat masuk kelas, langsung menjelaskan materi, selanjutnya  memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan dan dikumpulkan. Pembiasaan-pembiasaan ini yang belum bisa mengoptimalkan potensi anak dalam berkreasi menulis. Belum lagi dengan ujian ujian pilihan ganda yang jelas tidak memberikan ruang untuk menuliskan dan berkreasi dengan kalimat-kalimat yang perlu digairahkan oleh pendidik di masa sekarang ini. Potensi anak didik ditutup dengan pilihan yang belum pasti anak pun tahu dan paham atas pertanyaan yang diberikan.

Aspek eksternal adalah kebijakan-kebijakan pemerintah yang belum memihak kepada kreatifitas diri anak didik. Kebijakan yang perlu diterapkan secara riil dan menyeluruh serta dilakukan secara serempak di seluruh masyarakat pendidikan di Indonesia. Selanjutnya  adalah pandangan masyarakat yang melihat orang membaca adalah orang yang aneh, orang yang mempunyai dunia sendiri, orang yang suka menyendiri dan sebagainya sebagainya. Inilah budaya yang perlu diubah dengan pembiasaan dari keluarga serta didukung oleh kebijakan pemerintah melalui jalur pendidikan.

Keterampilan menulis adalah salah satu budaya berliterasi dan keterampilan ini perlu dibangkitkan  sedari kecil dan menjadi pembiasaan yang harus terus digelorakan oleh berbagai elemen masyarakat Indonesia. Jika ada membaca 15 menit setiap hari, maka perlu dimulai gerakan 15 menit menulis. Dengan demikian kita membiasakan masyarakat dengan budaya literasi yang lengkap, tidak setengah-setengah. Dilanjutkan dengan berliterasi berbicara sehingga akan diperoleh budaya literasi yang seimbang dan menjadikan masyarakat modern yang mendokumentasikan apa saja yang dibaca, menuliskan apa saja yang ada di dalam kepala, dan menyampaikan dengan benar dan seimbang dengan berbicara.


1 comment:

  1. Inspiratif, Ibu. Terima kasih. Ingin menerapkannya di sekolah.

    ReplyDelete